40 Pantun Tentang Kehidupan Yang Sangat Menyentuh Hati!

Pantun Tentang Kehidupan Yang Sangat Menyentuh Hati! - Halo sahabat Pantunsiana sudah lama saya tidak merilis lagi pantun di media ini dikarenakan kesibukan di dunia nyata. Semoga teman semua bisa terobati rasa rindunya ya, setelah membaca update terbaru pantuin tentang kehidupan ini.

Pantun Tentang Kehidupan

Pantun Tentang Kehidupan

Disini saya akan berbagi lagi sebuah pantun yang sangat menyentuh hati. Semoga dengan adanya pantun ini dapat membeikan inspirasi dan pelajaran baru bagi sahabat semua. Tanpa banyak basa-basi lagi yuk disimak kumpulan bait pantunnya berikut ini!


Tanam jerangau di Bukittinggi,

 mati dipijak anak badak;

Melihat sang bangau sakit gigi,

 gelak terbahak penghulu katak. 


Berderak-derak sangkutan dacing,

 bagaikan putus diimpit lumpang;

 bergerak-gerak kumis kucing,

 melihat tikus bawa senapang.


Jual bayam membeli kipas,

Kipas hilang atas perangkap;

Sejak ayam menjadi opas,

Banyak elang yang tertangkap.


Guru Samat membeli batik,

 batik diikat dengan benang; 

Terbang semangat penghulu itik,

 melihat ayam berlumba berenang. 


Di kedai Yahya berjual surat,

Di kedai kami berjual sisir.

Kak buaya melompat ke darat,

 Melihat kambing terjun ke air. 


Anak bakau di rumpun salak,

Patah taruknya ditimpa Genta. 

Riuh kerbau tergelak-gelak,

Melihat beruk berkacamata.


Dari Ambon hendak ke Perak,

Singgah sebentar ke Semarang.

Si Jibun mencari kerak; 

Hitam hidungnya kena arang. 


Pohon manggis pohon embacang,

 ketika dengan pohon lulita;

Duduk menangis Abang pincang,

 katanya jalan tidak rata.


 Jemur bijan dengan kulitnya,

 jamur di atas pohon lembayung;

 Hari hujan sangat lebatnya,

 Lamun si pandir mengepit payung. 


Singkarak kotanya tinggi, 

Asam Pauh dari seberang;

 awan berarak ditangisi,

 badan jauh dirantau orang.


 asam Pauh dari seberang,

 tumbuhnya dekat tepi Tebat;

 badan jauh di rantau orang,

 Sakit siapa akan mengobat. 


Apa digulai orang di ladang,

Pusuk kacang sela-bersela;

Apakah untung anak dagang,

 Hari perang tangga berhela. 


Orang Padang mandi di gurun,

 mandi berlimau bunga lada;

 Hari petang matahari turun,

 Dagang berurai air mata. 


 Pecah-belah batu digunung,

 Sari dewa berjalan malam. 

 Ya Allah tidak tertanggung,

 Rasa tidak dikandung alam. 


 tidak salah bunga lembayung,

 Salahnya pandan menderita;

 tidak salah bunda mengandung,

 salahnya badan buruk pinta. 


 Kalau begini tarah papan,

 ke barat juga kan condongnya;

 kalau begini untung badan,

 Melarat juga kesudahannya. 


Laksamana tukang tutuhnya,

 sandar menyandar di Batang Pinang;

 Bagaimana akan membunuhnya,

 tembak dengan peluru bertunang.


Sandar-menyandar di Batang Pinang,

Timpa-menimpa di batang padi. 

 tembak dengan peluru bertunang,

 Kena tak kena  ular pun mati. 


Timpa-menimpa di batang padi,

 tadi dibawa dari balok;

 Kena tak Kena ular pun mati,

 Bunga pun dapat kita nan jolok.


Kalau tuan Pergi ke Tanjung,

 kirim saya sehelai baju;

 Kalau tuan menjadi burung,

 Sahaya menjadi ranting kayu. 


 Kalau tuan Pergi ke Tanjung,

Belikan saya pisau lipat;

 Kalau tuan menjadi burung,

 Sahaya menjadi benang pengikat. 


Kalau tuan pergi ke laut,

 pesan sahaya ketam jantan;

 kalau tuan menjadi pulut,

 sahaya menjadi kepala santan. 


 Kalau tuan pergi ke laut,

 Carilah sahaya ketam betina;

Kalau tuan menjadi rambut,

Sahaya menjadi bunga Cina. 


Kalau tuan pergi ke laut,

Carilah sahaya ketam bertelur;

Kalau tuan menjadi rambut;

Sahaya menjadi bunga melur. 


Kalau tuan pergi kelang,

 sahaya hantar sampai ke Linggi;

 Kalau tuan menjadi elang,

Sahaya menjadi kayu tinggi. 


Cik Daud berketam padi,

 sambil petik bunga pudak;

 Tuan pergi ke laut api,

 biar hangus kuturut juga.


 kedondong batang sumpitan,

 Batang padi sahaya lurutkan;

 Tujuh gunung sembilan lautan,

 kalau tak mati sahaya turutkan. 


pandan berbunga dalam Rumba,

 angin menderu dari Tiku;

 badan lah lama tak bersua,

 Kinilah baru kita bertemu. 


 baru diikat bunga tanjung,

 Sama terikat bunga pandan;

 Baru melihat adik kandung,

 Kembali semangat dalam badan. 


 Lada dan santan dalam gulai,

 Beri tambahan daun salam,

Sayur buat pemakan nasi. 

 Selama badan kita bercerai,

Nasi dimakan terasa sekam,

Air diminum terasa duri. 


Baik ditanam batang padi,

 jauhkan tampang anak pisang,

 Halaukan sapi dalam rimba. 

 adakah penyayang orang sini,

 bawa menumpang anak dagang,

 kalau nanti membalas guna


Akhir Kata

Demikianlah ulasan Pantun Tentang Kehidupan Yang Sangat Menyentuh Hati! yang dapat saya sajikan, semoga terhibur dan sampai jumpa lagi di ulasan yang lainnya.

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel

               
         
close